Cerita Islami - Tinggalkan yang Haram maka Allah Akan Berikan yang Halal (Part 1)
Jahdan seorang pemuda gagah perkasa dengan sifat yang keras dan ambisius, ditunjang bentuk tubuh yang tinggi dan besar menjadikan dirinya sebagai pemuda terkemuka di kampungnya. Segala keinginannya harus terpenuhi tidak peduli dengan cara apapun juga. Baik ia dapatkan dengan terhormat maupun secara curang, pokoknya keinginannya harus terpenuhi. Itulah karakter Jahdan seorang pemuda ambisius dengan segala cita-citanya.
Ada satu keinginan Jahdan yaitu menjadi seorang gubernur. Ini adalah keinginan terbesarnya yang telah lama diidam-idamkannya untuk itu maka ia rela berbuat apa saja. Maka mulailah ia memikirkan bagaimana cara untuk mendapatkan kekuasaan tersebut. Timbullah berbagai macam ide di benaknya untuk tujuan itu, akhirnya ia sampai pada suatu kesimpulan bahwa ia harus memiliki pengikut yang loyal kepadanya sehingga dapat menunjang cita-citanya. Tapi kemudian ia berpikir bagaimana cara menghidupi pengikutnya kelak nanti, dari mana ia dapatkan makanan, perlengkapan dan lain sebagainya.
Pusing memikirkannya ia pun mengambil keputusan untuk menjadi seorang Kepala Rampok agar bisa mendapatkan harta dengan mudah dan tanpa susah payah.
Mulailah ia mencari orang-orang untuk dijadikan sebagai pengikutya dan ia mulai dengan teman-temannya di kampung halamannya sendiri. Singkatnya maka jadilah Jahdan sebagai Kepala Rampok dengan reputasi yang menakutkan. Desa-desa, kafilah-kafilah dagang sampai pelancong semuanya disikat habis oleh kawanan rampok Jahdan. Bahkan upeti- upeti yang dikirim untuk kerajaan pun tidak luput dari sasaran Kelompok Jahdan. Dalam waktu singkat Jahdan menjadi sangat terkenal dan ditakuti di negeri itu sebagai kawanan rampok yang kejam dan sadis.
Melihat kejadian-kejadian ini maka gubernur di daerah itu mengirim surat kepada Sultan untuk meminta bantuan agar kawanan Jahdan bisa dihentikan dan ditangkap. Begitu menerima laporan maka sang Sultan langsung mengambil tindakan mula-mula ia mengirim beberapa orang mata-mata untuk mengetahui keadaan pasukan Jahdan dan posisinya, lalu kemudian menyiapkan pasukan yang akan bergerak kemudian.
Tanpa disadari mata-mata Sultan telah masuk ke pasukan Jahdan dan terus mengirimkan info kepada Sultan yang terus memonitor pergerakan kawanan Jahdan dan menunggu waktu yang tepat untuk menyerang pasukan rampok Jahdan.
Dan suatu hari ketika Jahdan dan pasukannya usai melakukan perampokan terhadap sekelompok Kafilah Dagang, di tengah perjalanan pulang ke markasnya ia menerima laporan bahwa anak buahnya telah menangkap seseorang yang mencurigakan dan kemudian diperhadapkan kepada Jahdan.
Dengan gemetar tawanan itu dibawa menghadap kepada Jahdan…lalu dengan wajah garang jahdan berkata kepada orang itu, “Siapa kau dan mau kemana?”
Dengan ketakutan orang itu menjawab, “Saya Adi seorang budak milik Amir dan sekarang mau menuju ke sebuah goa di sekitar bukit.”
“Untuk apa kau kesana?” Gertak Jahdan.
Lagi dengan gemetar budak itu menjawab, “Untuk membawa makanan buat Syekh Amir.”
“Syekh Amir?” Gumam Jahdan dalam hati, “Sepertinya saya pernah dengar nama itu.” Lanjut Jahdan dalam hati.
Kemudian dia berkata, “Apakah betul katamu itu?”
“Iya, ini makanannya,” jawab budak itu.
“Lalu apa yang dilakukan Syekh Amir di goa tersebut?” tanya Jahdan Lagi.
“Ia telah bernadzar untuk menghabiskan sisa hidupnya untuk beribadah hanya kepada Allah dan meninggalkan semua urusan keduniaan dan tugas saya mengantarkan bekal kepada beliau setiap tiga hari,” jawab budak itu dengan sedikit ketakutan.
Mendengar itu Jahdan terdiam sejenak… “Syekh Amir, saya sepertinya betul-betul pernah mendengar nama orang ini,” kata Jahdan dalam hati.
Lalu entah kenapa ada perasaan yang mendesak dalam hati Jahdan untuk menemui orang ini. Kemudian ia berkata kepada budak itu, “Antar saya menemui orang ini!”
“Baiklah, Tuan,” sahut budak itu.
Setelah memberitahu wakilnya… Jahdan pun berangkat bersama budak itu menuju goa yang dimana tempat Syekh Amir berada.
Begitu tiba di mulut goa terdengar suara, “Assalamu alaikum, Ya Jahdan. Selamat datang!”
Dengan terkejut Jahdan menjawab, “Alaikum salam." Lalu masih dengan perasaan terkejut Jahdan memasuki goa itu sambil berkata, “Darimana engkau mengenalku , wahai Syekh?”
“Saya sering mendengar cerita tentang dirimu… dan saya selalu memanggilmu di dalam hatiku,” jawab Syekh Amir. “Maka aku yakin Allah akan mengantarmu kemari,” lanjut Syekh Amir. “Mendekatlah kemari wahai Jahdan,” perintah Syekh.
Dan entah kenapa Jahdan mengikuti perintah Syekh Amir dan mendekat lalu duduk di sampingnya. Kemudian Syekh Amir berkata, “Wahai Jahdan apakah kau mengenalku?”
“Sepertinya saya pernah mendengar namamu, ya Syekh,” jawab Jahdan.
“Apakah kau mau mendengar sedikit ceritaku, ya Jahdan?” Tanya Syekh Amir.
“Berceritalah, Syekh, saya akan mendengarnya,” sahut Jahdan.
Mulailah Syekh Amir bercerita, “Dulu saya juga adalah kepala rampok… tapi pasukan Sultan telah menangkap anak buahku dan kebetulan waktu itu saya berhasil meloloskan diri.” “Malam itu hujan sangat deras… saya telah kecapaian berlari dan perut saya betul-betul lapar karena telah berhari-hari menjadi buronan pasukan sultan,” lanjutnya. “Lalu saya melihat mesjid yang di dalamnya terdapat seorang Syekh dan beberapa muridnya yang sedang belajar agama.”ceritanya lagi.
“Maka akupun berpikir untuk berisirahat sejenak dari kejaran pasukan Sultan dan dari hujan yang deras di luar… maka akupun masuk dan bergabung dalam majelis tersebut serta mendengarkan nasehat ulama itu,” lanjut syekh Amir. “Dan yang pertama terdengar dari perkataan ulama itu adalah, ‘Barangsiapa meninggalkan yang haram maka Allah akan memberikan yang halal’… Beliau mengulang-ulang perkataan itu beberapa kali sehingga terngiang-ngiang di telingaku,”cerita Syekh Amir.
“‘Barangsiapa meninggalkan haram maka Allah akan memberikan yang Halal,’ gumamku dalam hati waktu itu.‘Betulkah perkataan itu?’ tanyaku lagi dalam hati.” “Karena kecapaian aku tertidur di dalam mesjid tersebut dan terbangun ketika hujan telah reda serta perut yang terus berbunyi karena menahan lapar,” lanjut Syekh Amir.
“Kemudian aku keluar di tengah malam gelap gulita dan sedikit hujan rintik-rintik ketika berjalan aku melewati sebuah rumah yang jendelanya terbuka lebar, maka akupun mengintip ke dalam dan kulihat di atas meja ada berbagai macam makanan dan buah-buahan membuat perut ini bertambah lapar,” cerita Syekh Amir lagi.
Melanjutkan kisahnya Syekh Amir berkata, “Lalu aku melompati jendela itu dan masuk ke dalam rumah, kudekati meja makan itu hendak mengambil buah yang ada di situ tapi tiba-tiba terngiang di telinga ini perkataan ulama tadi, ‘Barangsiapa meninggalkan yang haram maka Allah akan memberi yang halal,’ maka akupun mengurungkan naitku… Lalu aku menuju ke sebuah kamar lalu kulihat seorang wanita yang sangat cantik tertidur di tempat itu, lalu kedekati wanita itu tapi kembali terngiang perkataan ulama itu, ‘Barangsiapa meninggalkan yang haram maka Allah berikan yang halal.’ Maka kualihkan pandangan ini ke meja rias di kamar itu dan kulihat ada peti kecil yang terbuka penuh dengan perhiasan emas, kaki ini menuju ke meja itu lalu kupegang perhiasan itu. Ketika hendak memasukkan perhiasan-perhiasan itu ke dalam sakuku, lagi-lagi kembali ku teringat perkataan ulama tadi, ‘Barangsiapa meninggalkan yang haram maka Allah akan berikan yang halal.’ Lalu kuletakkan kembali perhiasan itu ke dalam peti dan kututup peti itu. Namun tiba-tiba wanita itu terbangun dengan perasaan terkejut dan kaget ia berkata, ‘Siapa kau?’ Melihat hal itu aku tersentak dan melarikan diri dengan melompat melalui jendela yang terbuka tadi.”
“Dengan pakaian basah dan perut yang lapar aku kembali ke mesjid dan tertidur di tempat itu sampai Adzan Subuh membangunkanku, akupun berwudhu dan menunaikan Sholat Subuh. Usai Sholat Subuh tiba-tiba wanita semalam muncul dan bertemu dengan ulama itu serta menceritakan kisahnya semalam. Rupanya ia adalah saudara Ulama tersebut, seusai mendengar cerita saudara wanitanya Ulama itu memandang kepadaku dan tersenyum. Lalu ia berkata kepada saudara perempuannya, ‘Maukah kau menikah dengan orang itu?’ Saudaranya hanya terdiam malu, lalu dengan tak disangka-sangka ulama itu memanggilku, ‘Wahai, Fulan, kemarilah.’”
“Dengan kaget aku mendekati Ulama itu. Lalu ia berkata, ‘Aku akan menikahkan engkau dengan saudara perempuanku ini dan dia adalah seorang janda. Apakah saudara bersedia menikah dengannya?’ Aku terdiam tak bisa berkata-kata dan tak pernah menyangka kalau hal ini terjadi denganku. Akupun menjawab, ‘Ya, Syekh, saya bersedia’ Maka akupun menikah hari itu juga dan langsung pulang menuju rumah yang tadi malam kumasuki secara haram, tapi kali ini aku masuk dengan cara yang halal. Lalu istriku mempersilahkan aku makan dengan makanan yang tadi malam hendak aku curi di atas meja, lalu ia membawa keluar perhiasan emas yang terdapat di peti sambil berkata, ‘Wahai suamiku ambillah perhiasan ini untuk kaugunakan sebagai modal dalam perdagangan,’ kupandangi perhiasan itu dan kupandangi lagi istriku, maka akupun berkata betullah kata ulama itu, ‘Barangsiapa meninggalkan yang haram maka Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang akan berikan yang Halal.’”
“Semalam ia Haram tapi hari ini ia Halal…! Alhamdulillah!”
“Semalam ia Haram tapi hari ini ia Halal…! Alhamdulillah!”
× B.E.R.S.A.M.B.U.N.G ×
Kelanjutan cerita (bagian kedua) bisa Anda baca dengan membuka link berikut:
Cerita Islami - Tinggalkan yang Haram maka Allah akan Berikan yang Halal (Part 2)
Cerita Islami - Tinggalkan yang Haram maka Allah akan Berikan yang Halal (Part 2)
Labels:
Cerita Inspiratif Islami
Tidak ada komentar:
Posting Komentar