Cerita Ulama - Hati Yang Kokoh
Di sebuah negeri hidup seorang ulama yang pandai, beliau selalu mengajar orang-orang tentang agama Allah...
Selain seorang ulama, dia juga seorang pedagang yang sukses. Perdagangannya sangat luas sampai ke negeri sebelah, sehingga untuk mengirim barang-barangnya ia harus menggunakan kapal laut.Tapi perdagangannya tidak melalaikannya dari mengingat Allah, mengajar, membantu, memberi nasehat kepada orang-orang agar mereka paham atas agama Allah.
Suatu hari ketika dia sedang asyik-asyiknya mengajar tiba-tiba beberapa orang datang ke majelisnya dengan tergopoh-gopoh dan wajah yang ketakutan, seperti ada sesuatu hal yang besar sedang terjadi. Begitu tiba mereka berkata, “Celaka, Syekh!”
Syekh berpaling kepada mereka sambil menjawab, “Apa yang terjadi, sehingga kalian datang dengan wajah seperti itu?”
Lalu salah seorang dari mereka berkata, “Kami dengar bahwa kapal barang Anda telah dihantam ombak besar!”
“Lalu apa yang terjadi?” sahut Syekh.
Dengan perasaan sedih orang itu berkata, “Semua barang dagangan Anda yang ada di kapal itu tenggelam dan tak ada yang bisa diselamatkan.”
Mendengar hal itu, sejenak ulama itu terdiam dan menundukkan kepalanya, lalu tersenyum dan mengucapkan “Inna lillahi wa inna ilahi rajiun,” lalu melanjutkan kegiatannya mengajar orang-orang.
Melihat hal itu orang-orang yang membawa berita, kembali ke dermaga untuk melanjutkan pekerjaannya. Tapi tak beberapa lama kemudian mereka datang lagi dengan keadaan yang hampir sama ketika mereka datang... Tapi kali ini mereka tersenyum-senyum...
Dengan semangat mereka menyapa sang ulama, “Assalamu Alaikum, Ya, Syeikh!”
“Alaikum salam,” jawab Syeik sambil menoleh kepada orang-orang itu. “Ada apa lagi?” Tanya Syeikh.
Dengan tersipu-sipu malu orang-orang itu berkata, “Kami minta maaf, karena rupanya bukan kapal dagang Anda yang tenggelam tapi milik orang lain.” “Kami telah keliru membawa berita,” lanjutnya lagi.
Mendengar hal itu Syeikh kembali terdiam dan tertunduk untuk beberapa saat kemudian mengucapkan, “Alhamdullilah,” sambil tersenyum.
Melihat kejadian ini orang-orang yang ada di tempat itu menjadi penasaran melihat kelakuan ulama tadi. Salah seorang dari mereka berkata, “Ya, Syeikh... sebenarnya apa yang Anda lakukan tadi?”
“Maksudnya?” jawab ulama itu.
“Tadi waktu berita pertama datang mengatakan kapal dagangan Anda tenggelam... Anda tertunduk untuk beberapa saat.. lalu tersenyum,” ujarnya menjelaskan. “Lalu waktu berita kedua datang, mengklarifikasi bahwa rupanya bukan kapal dagang Anda yang tenggelam... Anda pun tertunduk untuk beberapa saat lamanya lalu tersenyum lagi,” lanjut orang itu.
Dengan tersenyum ulama itu berkata, “Ketika berita pertama datang mengatakan kapal dagangan saya telah tenggelam.. maka saya tertunduk dan bertanya kepada hati saya... apakah ia terpengaruh dengan berita itu?” “Rupanya hati saya tidak terpengaruh sama sekali... dan saat itulah aku tersenyum gembira karena rupanya perdangangan saya tidak mempengaruhi hati saya,” lanjutnya lagi.
“Lalu kejadian yang kedua?” Tanya orang-orang penasaran.
Dengan tersenyum ramah sang ulama kembali menjawab, “Begitupun ketika berita kedua datang dan mengatakan bahwa bukan kapal dagang saya yang tenggelam... maka sayapun tertunduk untuk bertanya kepada hati ini.” “Dan Alhamdulillah rupanya hati ini juga tak terpengaruh sama sekali dengan berita itu,” jawabnya lagi.
Kemudian sang Syeikh melanjutkan...
“Saya tak ingin perniagaan saya merasuk ke dalam hati ini... Karena hati ini hanya untuk kekasihku tercinta... Tuhanku Yang Maha Pengasih dan Penyayang... Allah Jallah Jallalu.”
Selain seorang ulama, dia juga seorang pedagang yang sukses. Perdagangannya sangat luas sampai ke negeri sebelah, sehingga untuk mengirim barang-barangnya ia harus menggunakan kapal laut.Tapi perdagangannya tidak melalaikannya dari mengingat Allah, mengajar, membantu, memberi nasehat kepada orang-orang agar mereka paham atas agama Allah.
Suatu hari ketika dia sedang asyik-asyiknya mengajar tiba-tiba beberapa orang datang ke majelisnya dengan tergopoh-gopoh dan wajah yang ketakutan, seperti ada sesuatu hal yang besar sedang terjadi. Begitu tiba mereka berkata, “Celaka, Syekh!”
Syekh berpaling kepada mereka sambil menjawab, “Apa yang terjadi, sehingga kalian datang dengan wajah seperti itu?”
Lalu salah seorang dari mereka berkata, “Kami dengar bahwa kapal barang Anda telah dihantam ombak besar!”
“Lalu apa yang terjadi?” sahut Syekh.
Dengan perasaan sedih orang itu berkata, “Semua barang dagangan Anda yang ada di kapal itu tenggelam dan tak ada yang bisa diselamatkan.”
Mendengar hal itu, sejenak ulama itu terdiam dan menundukkan kepalanya, lalu tersenyum dan mengucapkan “Inna lillahi wa inna ilahi rajiun,” lalu melanjutkan kegiatannya mengajar orang-orang.
Melihat hal itu orang-orang yang membawa berita, kembali ke dermaga untuk melanjutkan pekerjaannya. Tapi tak beberapa lama kemudian mereka datang lagi dengan keadaan yang hampir sama ketika mereka datang... Tapi kali ini mereka tersenyum-senyum...
Dengan semangat mereka menyapa sang ulama, “Assalamu Alaikum, Ya, Syeikh!”
“Alaikum salam,” jawab Syeik sambil menoleh kepada orang-orang itu. “Ada apa lagi?” Tanya Syeikh.
Dengan tersipu-sipu malu orang-orang itu berkata, “Kami minta maaf, karena rupanya bukan kapal dagang Anda yang tenggelam tapi milik orang lain.” “Kami telah keliru membawa berita,” lanjutnya lagi.
Mendengar hal itu Syeikh kembali terdiam dan tertunduk untuk beberapa saat kemudian mengucapkan, “Alhamdullilah,” sambil tersenyum.
Melihat kejadian ini orang-orang yang ada di tempat itu menjadi penasaran melihat kelakuan ulama tadi. Salah seorang dari mereka berkata, “Ya, Syeikh... sebenarnya apa yang Anda lakukan tadi?”
“Maksudnya?” jawab ulama itu.
“Tadi waktu berita pertama datang mengatakan kapal dagangan Anda tenggelam... Anda tertunduk untuk beberapa saat.. lalu tersenyum,” ujarnya menjelaskan. “Lalu waktu berita kedua datang, mengklarifikasi bahwa rupanya bukan kapal dagang Anda yang tenggelam... Anda pun tertunduk untuk beberapa saat lamanya lalu tersenyum lagi,” lanjut orang itu.
Dengan tersenyum ulama itu berkata, “Ketika berita pertama datang mengatakan kapal dagangan saya telah tenggelam.. maka saya tertunduk dan bertanya kepada hati saya... apakah ia terpengaruh dengan berita itu?” “Rupanya hati saya tidak terpengaruh sama sekali... dan saat itulah aku tersenyum gembira karena rupanya perdangangan saya tidak mempengaruhi hati saya,” lanjutnya lagi.
“Lalu kejadian yang kedua?” Tanya orang-orang penasaran.
Dengan tersenyum ramah sang ulama kembali menjawab, “Begitupun ketika berita kedua datang dan mengatakan bahwa bukan kapal dagang saya yang tenggelam... maka sayapun tertunduk untuk bertanya kepada hati ini.” “Dan Alhamdulillah rupanya hati ini juga tak terpengaruh sama sekali dengan berita itu,” jawabnya lagi.
Kemudian sang Syeikh melanjutkan...
“Saya tak ingin perniagaan saya merasuk ke dalam hati ini... Karena hati ini hanya untuk kekasihku tercinta... Tuhanku Yang Maha Pengasih dan Penyayang... Allah Jallah Jallalu.”
Ada sebongkah daging di dalam tubuh anak Adam...
Apabila daging itu baik maka baiklah semua yang lainnya... Dan apabila daging itu buruk maka buruklah yang lainnya... Itulah hati-hati manusia...Tempat bersemayamnya Kebesaran dan Keagungan Ilahi
Labels:
Cerita Inspiratif Islami
Tidak ada komentar:
Posting Komentar