Cerita Islami - Tinggalkan yang Haram maka Allah Akan Berikan yang Halal (Part 2)
Cerita (bagian pertama) bisa Anda baca dengan membuka link berikut:
Cerita Islami - Tinggalkan yang Haram maka Allah akan Berikan yang Halal (Part 1)
×××
“Semalam ia Haram tapi hari ini ia Halal…! Alhamdulillah!”
“Itulah kisahku wahai, Jahdan,” kata Syekh Amir mengakhiri ceritanya. Lalu kemudian Syekh Amir berkata, “Wahai Jahdan, kau boleh saja merampok tapi dengan lima syarat.”
“Apa syarat itu, Ya Syekh?” tanya Jahdan.
“Pertama… Kau boleh merampok tapi jangan di bumi-Nya Allah,” kata Syekh Amir.
“Lalu mau kemana saya? Sedangkan tak ada bumi lainnya!” sahut Jahdan.
Syekh Amir menjawab, “Lalu bagaimana kau bisa merampok sementara kau tinggal di bumi-Nya?” “Kedua… Kau boleh merampok tapi carilah tempat di mana Allah tidak melihatmu,” kata Syekh Amir.
“Haaa…!!! Di mana tempat di muka bumi ini yang tidak dilihat oleh Allah? Semuanya tak lepas dari pengawasan-Nya!” sahut Jahdan.
“Lalu bagaimana kau bisa merampok sementara kau tinggal di bumi-Nya dan Dia melihatmu?” balas Syekh Amir bertanya. “Ketiga… Kau boleh merampok tapi jangan makan rezeki-Nya Allah,” lanjut Syekh Amir.
“Haaa…!!! Lalu saya makan apa ? Semuanya adalah rezeki Allah!” Jawab Jahdan dengan keheranan.
“Lalu bagaimana kau bisa merampok sementara kau tinggal di bumi-Nya… dilihat oleh-Nya… dan memakan rezeki-Nya?” kata Syekh Amir lagi.
Jahdan makin Kebingungan…
“Keempat… Ketika malaikat maut datang kepadamu, katakan saya belum siap,” lanjut Syekh Amir.
“Apaaa…? Bagaimana bisa, sedangkan ajal tak bisa diundurkan dan dimajukan?”jawab jahdan lagi.
“Lalu bagaimana kau bisa merampok… Engkau tinggal di bumi-Nya… Dilihat oleh-Nya… Makan rezeki-Nya… Dan engkau tak bisa menolak kematianmu?” sahut Syekh Amir. “Baiklah yang kelima… Kau boleh merampok tapi ketika Malaikat menarikmu ke Neraka, maka katakan saya tak mau kesana,” lanjut Syekh Amir.
Jahdan makin kebingungan dan ketakutan lalu berkata, “Sungguh aku tak sanggup, Ya Syekh!”
Lalu dengan suara agak meninggi Syekh Amir melanjutkan, “Lalu bagaimana kau bisa merampok, kau tinggal di bumi Allah, kau makan rezeki Allah, dilihat oleh Allah, tak mampu menolak kematian, juga tak bisa melawan para Malaikat?”
Jahdan tertunduk… tak bisa berkata-kata, ia terdiam lama sekali…. teringat semua dosa yang telah dilakukannya… Tak terasa air matanya menetes, ia menangis tersedu-sedu di hadapan Syekh Amir.
“Kembalilah dan bertobatlah kepada Allah,” nasehat Syekh Amir kepada Jahdan. “Pabila kau meninggalkan yang Haram maka Allah akan memberikan yang Halal kepadamu,” lanjut nasehat Syekh Amir.
Jahdan lalu memeluk Syekh Amir dan berjanji tidak akan mengulang perbuatannya… Ia kemudian memohon pamit kepada Syekh Amir untuk pulang ke kawanannya dan mengajak mereka kembali ke jalan yang lurus. Tapi setibanya di perkemahan, tiba-tiba ia disergap oleh puluhan pasukan Sultan.
Rupanya perkemahan mereka telah diserang oleh pasukan Sultan dan semua anak buah Jahdan telah ditangkap.
Jahdan telah tertangkap…..rampok besar telah diadili. Ia terkena hukuman mati dengan dimasukkan ke dalam kandang macan dan akan menjadi santapan binatang buas… Ini menjadi berita yang hangat di kalangan masyarakat.
Selama menunggu hukuman itu Jahdan berubah total. Ia menghabiskan waktunya dengan banyak ibadah kepada Allah Ta’ala… Sholat… Dzikir… Baca Qur’an… Tafakkur dan amalan-amalan sunnah lainnya… Perubahan ini menjadi bahan pembicaraan orang-orang.
Seorang rampok besar telah berubah… ‘Apa mungkin karena ia telah dijatuhi hukuman mati?’ Pikir orang-orang.
Akhirnya waktu hukuman mati telah tiba. Jahdan disuruh bersiap-siap, ia akan dilemparkan ke dalam kandang macan… Mengetahui hal itu Jahdan lalu mengambil wudhu dan berkata, ”Allah Tuhanku akan menjagaku.”
Jahdan dilemparkan ke dalam kandang macan… Begitu Jahdan jatuh maka macan yang berada di dalam kandang mengaum dengan kerasnya membuat orang menjadi ngeri dan ketakutan, Tapi apa yang terjadi sungguh di luar nalar manusia… Jahdan terlihat sedang asyik mendirikan sholat sedangkan sang macan hanya tidur-tiduran di sampingnya dengan sesekali mengusap-usapkan kepalanya di kaki Jahdan.
Keheranan dan tak percaya… telah lewat 3 hari Jahdan masih hidup, tak ada terkaman sang macan membuat para penjaga akhirnya mengangkat kembali Jahdan keluar dari kandang macan tanpa kekurangan satu apapun dan dikembalikan ke dalam ruang tahanannya. Berita ini menjadi tersebar luas, hampir semua orang memperbincangkannya termasuk para pembesar Istana yang tak percaya apa yang telah terjadi. Maka mulailah orang-orang takjub kepada Jahdan atas Karomah yang diberikan oleh Allah kepadanya.
Waktu terus berlalu… Jahdan asyik dengan amal ibadahnya sementara di negerinya sang Gubernur telah ditangkap oleh para prajurit Sultan karena telah melakukan penyelewengan harta kerajaan. Maka Sultan mengadakan rapat darurat untuk mencari pengganti gubernur ini…
Di hadapan para pembesarnya sang Sultan berkata, “Saya ingin mengangkat seorang gubernur di negeri Ya’na…menggantikan Gubernur yang curang itu.”
Ya’na merupakan tempat kelahiran Jahdan…
“Tapi saya ingin seseorang yang berasal dari negeri itu sendiri dan harus merupakan orang yang mempunyai sifat jujur dan alim,” jelas Sultan kepada pembesarnya.
Tiba-tiba seorang pembesar berkata, “Maaf, Ya Sultan, saya dengar di penjara Istana ada seseorang yang berasal dari negeri itu… dan ia orang yang sangat alim dan jujur.”
“Siapa dia?” tanya Sultan.
“Jahdan sang kepala rampok dari Ya’na yang telah bertaubat kepada Allah Ta’ala,” jawab pembesar itu.
“Oh… yang selamat dari terkaman Macan?” sahut Sultan.
“Betul, Ya Sultan,” jawab pembesar lagi.
“Dapatkah ia dipercaya?” tanya Sultan.
“Dia benar-benar telah menjadi orang yang bertaubat… dan agama telah menghiasinya,” jawab pembesar itu.
“Bawa dia kemari!” titah Sultan.
Jahdan pun dibawa masuk menghadap kepada Sultan.
Lalu Sultan berkata, ”Wahai Jahdan, bertahun-tahun kau telah dihukum… Apakah kau tahu apa yang terjadi terhadap negerimu?”
“Tidak, Ya Sultan,” jawab Jahdan.
“Gubernurmu telah berbuat curang. Ia telah menyelewengkan uang negara dan sekarang ia telah ditahan,” jelas Sang Sultan. “Dan aku ingin engkau sebagai penggantinya,” lanjutnya.
“Haaa…! Apa aku tak salah dengar?” sahut Jahdan.
“Iya… Kau telah berubah..dan menurut para pembesarku kau pantas mendapatkan jabatan itu,” kata Sultan lagi.
Jahdan hanya terdiam tak mampu berkata-kata.
“Ini titahku… Kuangkat engkau sekarang jadi Gubernur di tanah kelahiranmu sendiri dan bertakwalah kepada Allah dalam melaksanakan tugasmu,” titah Sultan.
Jahdan menangis mendengar titah Sultan… Ia teringat akan nasehat Syekh Amir kepadanya, “Barangsiapa Meninggalkan Haram Maka Allah Beri dia yang Halal.”
Part 1
×××
Part 1
Labels:
Cerita Inspiratif Islami
Tidak ada komentar:
Posting Komentar