Dongeng Islami - Ini Yang Terbaik!
Raja Gulin adalah seorang yang gemar berburu... Ia sering pergi berburu bersama-sama para prajuritnya dan menghabiskan waktunya dengan kegiatan tersebut. Hampir semua tempat di kerajaannya telah di jelajahinya dan telah banyak hasil buruannya yang dipajang di istana, berupa kepala hewan-hewan sebagai bukti bahwa ia adalah orang yang cakap dan ahli dalam berburu.
Dan Raja Gulin mempunyai seorang sahabat yang sangat disenanginya bahkan hampir dikatakan bahwa mereka adalah bersaudara. Kemana raja itu pergi maka kesana pulalah sahabatnya itu ikut, tetapi ada satu keanehan yang ada pada sahabatnya itu. Dalam setiap kejadian ia pasti selalu mengatakan bahwa “Ini yang terbaik” walaupun itu adalah kejadian buruk tetap saja sahabat raja mengatakan bahwa “Ini yang terbaik.”
Dan Raja Gulin mempunyai seorang sahabat yang sangat disenanginya bahkan hampir dikatakan bahwa mereka adalah bersaudara. Kemana raja itu pergi maka kesana pulalah sahabatnya itu ikut, tetapi ada satu keanehan yang ada pada sahabatnya itu. Dalam setiap kejadian ia pasti selalu mengatakan bahwa “Ini yang terbaik” walaupun itu adalah kejadian buruk tetap saja sahabat raja mengatakan bahwa “Ini yang terbaik.”
Sampai suatu hari Sang Raja dan sahabatnya kembali seperti biasa pergi berburu, kali ini dengan iring-iringan yang besar dilengkapi dengan berbagai peralatan berburu. Sesampainya di tempat tujuan mereka kemudian mendirikan perkemahan dan keesokan harinya baru melakukan perburuan.
Pagi yang cerah... perburuan dimulai seperti biasa. Raja Gulin ditemani oleh sahabat sejatinya mereka berkuda bersama-sama mencari binatang buruan... Setelah berkeliling akhirnya mereka menemukan apa yang dicari, segerombolan rusa yang sedang makan rerumputan. Dengan mengendap-endap, berhati-hati, mereka mendekati... sampai jarak yang tepat... lalu Sang Raja membidik dan door!... Suara senapan berbunyi mengagetkan gerombolan rusa itu! Satu rusa terkapar terkena tembakan dan kawanan lainnya berhamburan... panik... kacau... mereka menabrak apa saja termasuk ke arah Raja dan sahabatnya...
Dengan panik Raja dan sahabatnya berusaha menghindar tapi beberapa kawanan rusa menabrak kuda-kuda mereka... dan tiba-tiba terdengar suara door... kemudian disusul pekikan Raja yang menjerit kesakitan dan darah bercucuran dari tangan Sang Raja...
“Apa yang terjadi?” teriak para pengawal yang langsung berhamburan menolong Sang Raja.
Setelah keadaan tenang, Raja dengan sangat geram menahan rasa sakit berteriak dengan keras “Siapa yang menembak sehingga mengenai jari saya?”
Rupanya anak jari tangan Sang Raja putus terkena tembakan.
Lalu tiba-tiba sang sahabat berkata, “Aku, ya Paduka...”, “Aku melakukannya dengan tidak sengaja, akibat dari serbuan rusa-rusa tadi... senapanku tertarik pelatuknya,” jawab sang sahabat dengan menyesal. “Tapi kurasa itu yang terbaik,” lanjutnya lagi.
“Apaaa? Yang terbaik?” Teriak Raja dengan nada marah. “Tangkap dan penjarakan dia!” Perintah Raja. “Seandainya ia bukan sahabatku... sudah kupenggal lehernya!” Perintah Raja lagi sambil menahan rasa sakit.
Akhirnya sahabat raja dipenjarakan, akibat dari perbuatannya... Tapi anehnya lagi ketika dimasukkan ke penjara ia hanya berkata, “Ini yang terbaik.”
Hari berganti hari... Raja telah sembuh tapi harus kehilangan kelingking kirinya... Ia pun kembali melakukan perburuan sementara sahabatnya masih di dalam penjara...!
Kali ini ia memasuki daerah pedalaman dan jarang didatangi orang karena daerah itu terdapat suku-suku primitif...! Lokasi telah ditentukan kemah telah dipasang... strategi telah disiapkan...
Dan keesokan paginya perburuan kembali di mulai dengan semangat Sang raja memacu kudanya... meninggalkan para prajuritnya menyibak pepohonan mencari binatang buruan... Akhirnya setelah masuk ke dalam hutan lebat terlihatlah kawanan rusa yang bertubuh besar-besar... membuat sang Raja kegirangan. Dengan senyap-senyap... mengendap-endap... menyibak semak belukar, Sang Raja membidikkan senapannya dan Dooor...
Senapan berbunyi, satu rusa terkapar... yang lainnya berhamburan. Para prajurit beserta Raja memacu kudanya mendatangi rusa yang terkapar. Tapi tiba-tiba rusa itu berdiri dan berlari. Melihat hal itu Raja teriak, “Kejar rusa itu, jangan sampai lepas!” Sambil memacu kudanya mengejar rusa buruannya.
Semakin dalam raja memasuki hutan belantara, tapi rusa buruan tak juga ditemukan. Akhirnya Raja menyadari hal ini, “Dimana kita sekarang?” Seru sang Raja sambil melihat sekelilingnya...
“Entahlah Paduka,” jawab prajurit merasa was-was. “Sepertinya kita tersesat,” jawab prajurit lagi.
“Apa... tersesat..?” Kata Raja dengan nada sedikit khawatir.
Mereka kemudian membalik arah hendak mencari jalan keluar dari hutan belantara, tapi tanpa disadari mereka justru bertambah masuk ke dalam hutan lebat. Menjelang malam, mereka belum menemukan jalan keluar.
Tanpa mereka sadari... sedari tadi puluhan pasang mata telah mengintai mereka dengan tatapan tajam. Rupanya mereka memasuki kawasan suku-suku primitif.
Lalu secara mengejutkan sekelompok orang melompat keluar dari pepohonan dan mengepung mereka sambil berteriak-teriak tak karuan dan mengacung-acungkan tombak dan parang... Raja dan pengawalnya terkejut tapi mereka telah terkepung dan tak bisa melawan karena kalah jumlah. Akhirnya Raja dan prajuritnya tertawan, digiring ke perkampungan suku primitif.
Perkampungan itu sangat mencekam... tengkorak-tengkorak manusia dan binatang bertaburan dimana-mana... Cek percek rupanya perkampungan ini adalah perkampungan suku kanibal pemakan manusia. Betapa terkejutnya Raja dan prajuritnya ketika mereka menyadari bahwa mereka telah ditawan oleh suku kanibal...!
Dikurung......!
Satu persatu para prajurit diambil dan dibawa... dan tak pernah kembali lagi. Hari berganti hari tibalah saatnya giliran sang Raja... dalam perasaan ketakutan, bingung, ngeri dan putus asa sang Raja pasrah ketika dibawa ke tempat pemenggalan. Tempat dimana suku itu menyembah dewanya...
Rupanya sang Raja dikhususkan untuk para dewa-dewa. Sebelum dipersembahkan, para algojo memeriksa semua badan dari para calon korban, dikarenakan jangan sampai ada cacat yang terdapat di tubuhnya sehingga bisa membuat para dewa mereka marah dan itu adalah aib bagi mereka.
Maka ketika diperiksa terlihatlah bahwa ada cacat di tangan kiri sang Raja. Ia telah kehilangan jari kelingkingnya akibat tertembak oleh sahabatnya dulu...! Mendapati hal itu para algojo memegang tangan itu... dan memperlihatkan kepada semua yang hadir di tempat itu, sambil berteriak... dan suasana menjadi gaduh... saling teriak... dalam bahasa yang tak dimengerti oleh sang Raja. Tak beberapa lama kemudian... Raja dibawa keluar dari ruangan itu dan langsung digotong keluar dari kampung dengan cepat...
Setelah agak jauh dari perkampungan Raja dilepaskan begitu saja... lalu di suruh untuk berlari. Menyadari hal ini... Sang Raja berlari sekencang-kencangnya meninggalkan hutan belantara tersebut sambil berpikir apa yang menyebabkan ia dilepaskan...???
Setelah keadaan tenang, Raja dengan sangat geram menahan rasa sakit berteriak dengan keras “Siapa yang menembak sehingga mengenai jari saya?”
Rupanya anak jari tangan Sang Raja putus terkena tembakan.
Lalu tiba-tiba sang sahabat berkata, “Aku, ya Paduka...”, “Aku melakukannya dengan tidak sengaja, akibat dari serbuan rusa-rusa tadi... senapanku tertarik pelatuknya,” jawab sang sahabat dengan menyesal. “Tapi kurasa itu yang terbaik,” lanjutnya lagi.
“Apaaa? Yang terbaik?” Teriak Raja dengan nada marah. “Tangkap dan penjarakan dia!” Perintah Raja. “Seandainya ia bukan sahabatku... sudah kupenggal lehernya!” Perintah Raja lagi sambil menahan rasa sakit.
Akhirnya sahabat raja dipenjarakan, akibat dari perbuatannya... Tapi anehnya lagi ketika dimasukkan ke penjara ia hanya berkata, “Ini yang terbaik.”
Hari berganti hari... Raja telah sembuh tapi harus kehilangan kelingking kirinya... Ia pun kembali melakukan perburuan sementara sahabatnya masih di dalam penjara...!
Kali ini ia memasuki daerah pedalaman dan jarang didatangi orang karena daerah itu terdapat suku-suku primitif...! Lokasi telah ditentukan kemah telah dipasang... strategi telah disiapkan...
Dan keesokan paginya perburuan kembali di mulai dengan semangat Sang raja memacu kudanya... meninggalkan para prajuritnya menyibak pepohonan mencari binatang buruan... Akhirnya setelah masuk ke dalam hutan lebat terlihatlah kawanan rusa yang bertubuh besar-besar... membuat sang Raja kegirangan. Dengan senyap-senyap... mengendap-endap... menyibak semak belukar, Sang Raja membidikkan senapannya dan Dooor...
Senapan berbunyi, satu rusa terkapar... yang lainnya berhamburan. Para prajurit beserta Raja memacu kudanya mendatangi rusa yang terkapar. Tapi tiba-tiba rusa itu berdiri dan berlari. Melihat hal itu Raja teriak, “Kejar rusa itu, jangan sampai lepas!” Sambil memacu kudanya mengejar rusa buruannya.
Semakin dalam raja memasuki hutan belantara, tapi rusa buruan tak juga ditemukan. Akhirnya Raja menyadari hal ini, “Dimana kita sekarang?” Seru sang Raja sambil melihat sekelilingnya...
“Entahlah Paduka,” jawab prajurit merasa was-was. “Sepertinya kita tersesat,” jawab prajurit lagi.
“Apa... tersesat..?” Kata Raja dengan nada sedikit khawatir.
Mereka kemudian membalik arah hendak mencari jalan keluar dari hutan belantara, tapi tanpa disadari mereka justru bertambah masuk ke dalam hutan lebat. Menjelang malam, mereka belum menemukan jalan keluar.
Tanpa mereka sadari... sedari tadi puluhan pasang mata telah mengintai mereka dengan tatapan tajam. Rupanya mereka memasuki kawasan suku-suku primitif.
Lalu secara mengejutkan sekelompok orang melompat keluar dari pepohonan dan mengepung mereka sambil berteriak-teriak tak karuan dan mengacung-acungkan tombak dan parang... Raja dan pengawalnya terkejut tapi mereka telah terkepung dan tak bisa melawan karena kalah jumlah. Akhirnya Raja dan prajuritnya tertawan, digiring ke perkampungan suku primitif.
Perkampungan itu sangat mencekam... tengkorak-tengkorak manusia dan binatang bertaburan dimana-mana... Cek percek rupanya perkampungan ini adalah perkampungan suku kanibal pemakan manusia. Betapa terkejutnya Raja dan prajuritnya ketika mereka menyadari bahwa mereka telah ditawan oleh suku kanibal...!
Dikurung......!
Satu persatu para prajurit diambil dan dibawa... dan tak pernah kembali lagi. Hari berganti hari tibalah saatnya giliran sang Raja... dalam perasaan ketakutan, bingung, ngeri dan putus asa sang Raja pasrah ketika dibawa ke tempat pemenggalan. Tempat dimana suku itu menyembah dewanya...
Rupanya sang Raja dikhususkan untuk para dewa-dewa. Sebelum dipersembahkan, para algojo memeriksa semua badan dari para calon korban, dikarenakan jangan sampai ada cacat yang terdapat di tubuhnya sehingga bisa membuat para dewa mereka marah dan itu adalah aib bagi mereka.
Maka ketika diperiksa terlihatlah bahwa ada cacat di tangan kiri sang Raja. Ia telah kehilangan jari kelingkingnya akibat tertembak oleh sahabatnya dulu...! Mendapati hal itu para algojo memegang tangan itu... dan memperlihatkan kepada semua yang hadir di tempat itu, sambil berteriak... dan suasana menjadi gaduh... saling teriak... dalam bahasa yang tak dimengerti oleh sang Raja. Tak beberapa lama kemudian... Raja dibawa keluar dari ruangan itu dan langsung digotong keluar dari kampung dengan cepat...
Setelah agak jauh dari perkampungan Raja dilepaskan begitu saja... lalu di suruh untuk berlari. Menyadari hal ini... Sang Raja berlari sekencang-kencangnya meninggalkan hutan belantara tersebut sambil berpikir apa yang menyebabkan ia dilepaskan...???
“Mungkinkah karena aku tak sempurna... karena telah kehilangan sebuah jari, sedangkan para prajuritnya semuanya sempurna???” pikirnya dalam hati. “Ya, itulah penyebabnya,” gumamnya. “Karena aku telah cacat. Kehilangan sebuah jari tangan,” pikirnya lagi. “Ya, aku selamat karena hal itu!” Yakinnya dalam hati.
Menyadari hal itu.. teringatlah ia akan sahabatnya yang telah ia penjarakan... Teringat akan kata-katanya “Ini yang terbaik.” Ternyata hal itu adalah benar adanya... “Inilah yang terbaik,” gumamnya dalam hati, maka timbullah rasa sesal dan bersalah dalam hatinya serta berjanji akan membebaskan sahabatnya itu kelak ketika ia telah kembali ke kerajaannya.
Setiap keadaan baik dan buruk adalah terbaik bagi kita. Tinggal bagaimana kita menghadapinya???
Apakah menjauh dari-Nya atau mengikuti jalan-Nya???
Pabila kita menjauh dari-Nya... maka akan tambah sulit semuanya...
Dan pabila kita mengikuti jalan-Nya... maka semua akan terakhir dengan kebaikan...
Kebaikan dan kebaikan... Insya Allah!!!
Hak Cipta © Dongeng Islami - Ini Yang Terbaik milik www.ceritaulama.com
Labels:
Dongeng Islami
Tidak ada komentar:
Posting Komentar